Feed - Sebagai manusia normal, Anda akan berurusan dengan yang namanya sampah, baik itu kardus, botol minuman, bungkus makanan, atau koran yang sudah tak terpakai. Daripada menumpuk atau dibuang, ternyata sampah tersebut masih bisa menghasilkan uang yang bisa Anda gunakan untuk menambah uang. Bagaimana caranya?
Belakangan ini ramai dengan gerakan Bank Sampah, yaitu suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang akan menampung, memilah, dan menyalurkan sampah yang masih bernilai ekonomi sehingga masyarakat yang "menabung" di bank sampah akan mendapatkan keuntungan. Terdapat empat jenis sampah yang diterima oleh bank ini, yaitu sampah plastik, kertas, kaca, dan metal. Masing-masing sampah berbeda harga per-kilogramnya.
Tapi setiap orang yang menyerahkan sampah ini harus mengelompokkan sampah sesuai jenisnya terlebih dahulu. Sistem ini memberikan dampak positif bagi lingkungan, menciptakan budaya untuk bersih, dan menghargai barang-barang yang sudah tidak terpakai.
Menurut Sinta Kaniawati, General Manager Yayasan Unilever Indonesia, gerakan Bank Sampah ini merupakan program yang dilaksanakan untuk mengurangi dampak kerusakan pada lingkungan yang disebabkan oleh limbah rumah tangga. “Gerakan bank juga bisa memberikan manfaat kepada masyarakat. Ini merupakan upaya kami untuk berbagi dengan berbagai pihak,” ujarnya saat ditemui di Sentral Senayan III, Jakarta Selatan.
Gerakan Bank Sampah ini juga memudahkan para pengepul barang bekas dan para pengrajin yang menggunakan limbah rumah tangga sebagai bahan bakunya. Seperti membuat anyaman dari bungkus kopi, tas dari bungkus detergen, dan pajangan.
Environment & Sustainabily Manager Unilever Indonesia Maya Tamimi mengatakan, pihak yayasan juga membantu mengoneksikan para pemilik bank sampah dengan pengrajin. "Sampah-sampah yang dikumpulkan memang mempunyai nilai jual, biasanya mereka kita hubungkan dengan mata rantai selanjutnya, misalnya pengepul, pendaur ulang, atau para pengrajin,” kata Maya saat ditemui di tempat yang sama. (Arman Maulana Azis/Feed.id)
Baca juga:
0 comments:
Post a Comment