Disebutkan dalam suatu riwayat, tatkala ruh telah berpisah dengan tubuh, maka ia dipanggil dari langit dengan tiga kali jeritan Wahai anak Adam (manusia), apakah engkau meninggalkan dunia, ataukah dunia meninggalkan engkau?
Apakah engkau mengumpulkan ataukah dunia mengumpulkan engkau?
Apakah engkau mematikan dunia ataukah dunia mematikan engkau?
Dan ketika mayat diletakkan untuk dimandikan, maka ia juga dipanggil lagi dengan tiga kali jeritan:
Wahai anak Adam (manusia) manakah tubuhmu yang dulu kuat. Mengapa sekarang engkau menjadi lemah / tidak berdaya?
Manakah lisanmu yang lantang dulu. Apakah yang menyebabkan engkau diam sekarang?
Manakah semua kekasihmu? Mengapa mereka semua meninggalkanmu?
Jika mayat sudah berada dalam kafan, ia dipanggil dengan tiga kali jeritan:
Wahai anak Adam, engkau akan pergi ke tempat yang jauh tanpa membawa bekal.
Engkau akan keluar dari rumah dan tidak akan kembali lagi.
Engkau pernah naik kuda dan tidak akan seperti itu lagi selama-lamanya. Engkau akan menjadi penghuni rumah yang penuh kesedihan.
Ketika mayat itu dipikul di atas usungan, ia dipanggil lagi dengan tiga kali jeritan:
Wahai anak Adam, sungguh bahagia jika engkau termasuk orang yang bertaubat.
Sungguh beruntung jika engkau beramal baik.
Sungguh beruntung jika teman yang mendampingimu adalah keridha’an Allah subhanahu wa ta’ala. Dan sebaliknya akan sangat celaka jika temanmu adalah kutukan Allah.
Ketika mayat diletakkan untuk dishalati, maka terdengar suara kembali:
Wahai anak Adam, seluruh perbuatan yang telah engkau kerjakan akan kau ketahui. Jika amalmu baik maka kau akan melihat yang baik-baik, jika amalmu buruk maka kau akan melihat sesuatu yang buruk.
Kembali terdengar seruan ketika mayat diletakkan di tepi kubur:
Wahai anak Adam, apakah persiapanmu di dunia untuk rumah yang sempit ini?
Kekayaan apa yang kamu persiapkan untuk kefakiran ini?
Cahaya apakah yang kamu persiapkan untuk menghadapi tempat yang gelap ini?
Dan ketika mayat sudah diletakkan di liang lahat, maka ia dipanggil lagi dengan tiga kali jeritan:
Wahai anak Adam, ketika berada di punggungku dulu kamu bersenda gurau, sekarang kamu berada di dalam perutku dan menangis.
Dulu engkau bersuka ria ketika berada di punggungku, sekarang engkau menjadi susah dan berduka cita ketika berada di perutku.
Dulu engkau bisa berbicara ketika berada di punggungku, sekarang engkau menjadi diam ketika berada di perutku.
Ketika para pelayat / penta’ziah sudah meninggalkan mayat seorang Muslim yang dikuburkan itu, yang terkadang berbuat dosa, namun selalu berusaha untuk menghapuskan dosa-dosanya dengan amal-amal kebaikan, dan senantiasa memohon ampun kepada Allah, maka kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Wahai hamba-Ku, sekarang kamu dalam keadaan terpencil sendirian, mereka telah pergi dan meninggalkan kamu dalam kegelapan kubur.
Padahal selama hidup kamu telah berbuat maksiat kepada-Ku karena kepentingan mereka (yakni istri dan anak) namun Aku sangat kasihan kepada kamu.
Pada hari ini kamu akan Aku beri rahmat dengan sesuatu yang mengagumkan seluruh mahluk dan Aku lebih kasihan kepadamu melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya
0 comments:
Post a Comment